Just in Time (JIT) dan Just in Case (JIC) merupakan dua istilah yang umum digunakan pada pengelolaan Supply Chain Management (SCM). Kedua istilah tersebut memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani efisiensi dan ketahanan operasional.
Sebenarnya, apa itu Just In Time dan Just in Case? Cari tahu selengkapnya, yuk!
Apa itu Just in Time?
Just in Time adalah pendekatan yang fokus pada pengelolaan persediaan secara minimal dengan memastikan barang hanya diproduksi atau dikirim saat diperlukan. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi biaya penyimpanan, menghindari kelebihan stok, dan meningkatkan efisiensi operasional.
Contoh penerapan Just in Time, yaitu ketika perusahaan otomotif memesan suku cadang dari supplier hanya ketika terdapat permintaan produksi. Dengan demikian, perusahaan tersebut tidak perlu menyimpan stok berlebih.
Praktik Just in Time memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
- Mengurangi biaya penyimpanan dan penyimpanan stok.
- Mempercepat arus kas karena barang tidak terlalu lama berada di gudang.
- Meningkatkan fleksibilitas dalam merespons permintaan pasar.
Di balik kelebihannya tersebut, JIT juga memiliki kekurangan, yaitu:
- Rentan terhadap gangguan rantai pasokan, seperti keterlambatan pengiriman atau gangguan produksi.
- Membutuhkan koordinasi yang sangat baik dengan supplier. Tanpa koordinasi, penerapan praktik Just in Time bisa terganggu.
Baca Juga: Apa Beda Picking dan Packing? Ini Penjelasan Mudahnya!
Apa itu Just in Case?
Just in Case (JIT) adalah strategi yang menekankan pada penyimpanan stok cadangan untuk mengantisipasi gangguan atau lonjakan permintaan yang tidak terduga. Praktik ini lebih fokus pada kesiagaan dan memastikan ketersediaan barang pada situasi darurat.
Contoh penerapan JIT, yaitu ketika perusahaan farmasi menyimpan stok obat dalam jumlah besar untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama musim dingin.
Praktik JIC memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
- Memberikan jaminan ketersediaan barang meskipun ada gangguan pada rantai pasok.
-Cocok untuk industri dengan permintaan yang fluktuatif atau sulit diprediksi.
Di sisi lain, praktik Just in Case juga memiliki kekurangan, yakni
- Meningkatkan biaya penyimpanan karena membutuhkan ruang dan sumber daya tambahan.
- Risiko kerugian jika stok tidak terjual atau menjadi usang.
Perbandingan Fungsi Just in Case dan Just in Time
Just in Time (JIT) berfungsi untuk mengoptimalkan efisiensi operasional dengan meminimalkan persediaan dan hanya memproduksi atau mendatangkan barang sesuai kebutuhan.
Praktik JIT bertujuan untuk mengurangi pemborosan dalam proses produksi, mempercepat perputaran stok barang, serta menekan biaya penyimpanan.
Sementara itu, Just in Case (JIC) berfungsi sebagai strategi untuk menghadapi ketidakpastian pasar atau gangguan rantai pasokan. Dengan menyimpan stok cadangan, JIC memastikan ketersediaan barang sekalipun dalam situasi yang tidak terduga.
Penutup
Just in Time dan Just in Case adalah praktik yang berbeda dalam Supply Chain Management. Keduanya memiliki kelebihan maupun kekurangan, tergantung pada kebutuhan dan kondisi perusahaan.
Dengan memahami kedua praktik tersebut, perusahaan dapat memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai efisiensi dan ketahanan dalam operasionalnya. Nah, bagaimana dengan perusahaan Anda? Sudah tahu mana yang lebih cocok, apakah Just in Time atau Just in Case?
***
Ingin kegiatan perdagangan internasional yang lebih efisien dan tidak ribet? Tenang, PT Surya Inti Primakarya!
Surya Inti Primakarya atau SIP adalah penyedia jasa pengiriman profesional, baik untuk urusan dalam negeri maupun luar negeri. Bersama SIP, kegiatan pengiriman barang, termasuk ekspor dan impor, akan berjalan lebih efisien, mudah, cepat dan menguntungkan.
Cari tahu selengkapnya dengan klik hubungi kami.